Modul 2 Tp 2 Prak Up Uc
2. Buat program untuk mikrokontroler STM32F103C8 di software STM32 CubeIDE.
3. Compile program dalam format hex, lalu upload ke dalam mikrokontroler.
4. Setelah program selesai di upload, jalankan simulasi rangkaian pada proteus.
Sensor kelembaban tanah (SOIL1) menghasilkan sinyal analog yang sebanding dengan kadar air di tanah. Sinyal ini masuk ke mikrokontroler STM32F103C8T6 melalui pin PA0, yang merupakan pin ADC (Analog to Digital Converter). Nilai analog ini kemudian dikonversi oleh ADC internal STM32 menjadi data digital yang mewakili tingkat kelembaban.
Berdasarkan nilai kelembaban tersebut, mikrokontroler mengklasifikasikannya ke dalam tiga kondisi:
-
Basah: LED RGB menyala merah.
-
Normal: LED RGB menyala biru.
-
Kering: LED RGB menyala hijau, dan buzzer berbunyi sebagai peringatan.
LED RGB dikendalikan melalui tiga pin berbeda dari STM32 (kemungkinan PB6, PB7, PB8) yang masing-masing mengatur warna dasar (R, G, B) melalui resistor pembatas arus (R1, R2, R3). Buzzer dihubungkan ke pin PB12 dan akan menyala saat tanah dalam kondisi kering.
Untuk memberikan kontrol manual atas bunyi buzzer, digunakan sebuah push button yang terhubung ke pin PB11. Ketika tombol ditekan, akan terjadi kondisi logika rendah (LOW) yang dideteksi oleh mikrokontroler. Ini memberi sinyal pada sistem untuk mematikan buzzer, meskipun kondisi tanah masih kering. Tombol ini bertindak sebagai "mute switch" manual untuk alarm suara.
Catu daya rangkaian menggunakan tegangan 3.3V, yang distabilkan oleh kombinasi induktor 27µH (L1) dan kapasitor 100µF (C1) sebagai filter suplai. Ini bertujuan untuk menghilangkan noise dan menjaga kestabilan tegangan ke seluruh komponen, termasuk mikrokontroler dan sensor.
Komentar
Posting Komentar